Kepopuleran metaverse juga membuka peluang baru dalam hal lain yaitu jual beli tanah virtual yang berpotensi menjadi investasi menguntungkan di masa depan.
Hal tersebut disampaikan oleh Pakar Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ridi Ferdiana yang menilai aktivitas pembelian dan penjualan lahan secara virtual di Metaverse berpeluang menjadi wahana investasi yang menjanjikan.
Pakar UGM: Tanah Virtual Metaverse yang Menjanjikan untuk Investasi Masa Depan
Baca juga:
– 5 tawaran pekerjaan baru karena metaverse, lebih banyak uang?
– Alun-alun Utara Yogyakarta Virtual Dijual Di Metaverse, Berapa Harganya?
– 2022 adalah awal dari metaverse, siapa yang mengembangkannya?
– 4 hal yang perlu Anda ketahui tentang penguburan virtual di Metaverse
Menurut Ridi, potensi tersebut terletak pada pengembangan lebih lanjut dari para pengguna Metaverse.
Seiring dengan perkembangan tersebut, berbagai lokasi menarik seperti universitas, situs sejarah dan budaya serta tempat menarik lainnya diperdagangkan dalam bentuk lahan digital.
“Dibandingkan dengan perbanyakan lahan dengan kondisi riil tentu ini sangat menjanjikan. Tapi apakah benar-benar aman dan ada yang mau membeli itu lain cerita,” ujar Ridi Ferdiana saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis (6/1/2022).
“Kenaikan (nilai tanah virtual) yang dijanjikan juga menjanjikan,” lanjutnya.
Dia mencontohkan lokasi lahan virtual Universitas Gadjah Mada yang sebelumnya bernilai 0,1 USDT (cryptocurrency) di Next Earth, kini nilainya meningkat pesat menjadi 382,64 USDT, atau peningkatan investasi sebesar 282 persen.
Seperti yang dilansir HiTekno.com dari Suara.com, di situs Nextearth.io tampak sejumlah lahan virtual yang terhampar tepat di peta digital di mana sejumlah kawasan atau aset penting di Yogyakarta juga telah dijual demi cryptocurrency.
Didukung oleh GliaStudio
Alun-alun Utara Yogyakarta untuk dijual di Metaverse. (Bumi Terdekat)
Alun-alun Utara Yogyakarta untuk dijual di Metaverse. (Bumi Terdekat)
Beberapa di antaranya adalah tanah virtual di Kompleks Gedung Agung Yogyakarta dijual seharga 36,84 USDT, Kompleks Museum Benteng Vredeburg dijual seharga 15,17 USDT, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY juga dijual seharga 6,19 USDT.
Tanah virtual di kawasan Alun-alun Utara juga dijual seharga 244,51 USDT dan Kepatihan atau Kantor Gubernur DIY seharga 17,39 USDT.
Menurut Ridi, melihat minat beli tanah virtual tidak menutup kemungkinan untuk bisnis peminjaman tanah atau aset virtual seperti Sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di masa depan.
“Konsep KPR di sini sangat dimungkinkan, tapi tidak secara cicilan, melainkan dengan sebagian kecil dari landmark yang ada, misalnya satu untuk setiap 10 gedung UGM,” ungkapnya.
Dia mengatakan keamanan aset virtual di Next Earth didasarkan pada konsep teknologi blockchain.
Seperti halnya membeli kendaraan yang kepemilikannya tercatat pada Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), membeli tanah virtual, menurutnya, akan memiliki kepemilikan berupa non-fungible token (NFT) yang mencegah aset untuk disalin dan diperbanyak.
“Saat ini, legalisasi aset virtual ini belum sepenuhnya diselesaikan. Namun, mengutip pernyataan Bank Indonesia, cryptocurrency adalah aset digital yang perlu diperiksa kredibilitasnya,” ujarnya.
Demikian penjelasan dari pro IT UGM yang mengatakan jual beli tanah Metaverse berpotensi menjadi investasi yang menguntungkan di masa depan.
Baca Juga :
https://relawanfilantropi.id
https://polres-gowa.id
https://ipcportequipment.co.id
https://dprdkabprobolinggo.id